1/26/11

May Day!

Kadang ingin aku berkata, tepat di depan mukamu. “Kau pikir kamu siapa? Sudah merasa hebat mengambil dan merubah semua yang kumiliki?” Kau, perempuan barbie yang benar-benar tak pernah ku mengerti.

Temanku pernah berkata, jangan kamu terlalu menyepelekan orang. Termasuk orang yang pertama menjerit jijik ketika melihat ada seseorang mengenakan hand bag palsu, padahal warna rambut, bulu mata, dan kulitnya sendiri sudah palsu. Dan sayangnya temanku itu benar. Perempuan barbie itulah yang merenggut kebahagiaanku. Perempuan yang awalnya sama sekali tidak masuk perhitungan untuk bisa menaruh setitik debu pun dalam kehidupanku.

Well, still I disbelief why she could.


Perempuan itu kemarin mengajaku berteman di facebook dan memberi pesan pada friend’s invitation yang berbunyi : ”Hai, salam kenal. Udah terima undangan gue, kan?” Wow. Salam perkenalan yang hangat sekali, twag’! Kami pun berteman di facebook dan ujung-ujungnya membuatku repot sendiri. Sedikit-sedikit mengirim personal message, menanyakan bagaimana menurutku keputusannya untuk menikah dengan Musa. Bagaimana sosok Musa di mataku. Bagaimana caraku menyelesaikan masalah dengan Musa jika kasusnya seperti ini, seperti itu, atau segalanya. Segalanya ia tanyakan. Kenapa tidak sekalian tanya, jika berciuman denganku, apakah Musa memutarkan kepalanya ke kiri atau ke kanan?!


Ke kanan, dimulai dari kemiringan 45 derajat.


“............”


Aku menggeleng-gelengkan kepalaku cepat dan membuang bayangan itu jauh-jauh. Menjijikan.


***


Belum berhasil aku bertemu dengan Elora. Ketika aku hampiri kamarnya tempo hari usai undangan Mardi Wisesa, ternyata ia harus segera bergegas menemui klien yang bermasalah. Bad mood karena katanya sang klien bertengkar dengan calon mempelai. Hebat sekali wanita itu. Bisa-bisanya menyerahkan waktu yang ia punya untuk mengabulkan impian seseorang yang sedang menjadi ratu sehari. Entahlah, semoga kami bisa segera berjumpa. "Need advice from the expert," ujarku sambil tersenyum sebelum meninggalkan ruangan Elora ketika itu.


Aku bingung memilih dan hanya berdiri kaku di antara pintu-pintu yang sudah tertutup. Sejujurnya aku belum puas dengan keriaan di kamar Mardi Wisesa. Aku membutuhkan teman. Aku tidak berani membiarkan diriku sendiri dengan pikiran-pikiranku. Tapi... masih terlalu bingung untuk menemui siapa dan membicarakan apa.

Malam itu akhirnya aku menghabiskan waktu dengan berdiam di balkon kamar. Memandang kerlip lampu di kejauhan sambil memintal benang penahan sakit yang sewaktu-waktu selalu timbul. Timbul begitu saja namun butuh beberapa waktu untuk tenggelam lagi. Aku tahu, suatu hari aku akan menengokan hati pada saat ini dan aku akan tersenyum... atau bahkan menertawakan diriku sambil menoyor kepala sendiri. Ketika itu aku sudah bahagia bersama...


ASTAGA.


Pernikahan Musa tinggal 10 hari lagi. Aku sudah tahu akan membawa bunga apa, tapi..... Aku pergi dengan siapaaaa?!


Panik!

Ateira Niskala

No comments:

Post a Comment