7/6/10

l'appartemant 1500

Lagi-lagi mimpi buruk. Keringat bercucuran dan jantung berdetak dengan sangat cepat. Saya miringkan badan untuk meraih jam digital di samping tempat tidur. Pukul 3 dini hari dan saya baru tertidur 2 jam. Bayangan masa lalu itu kembali menghantui ketenangan jiwa saya.

“Kamu gak apa-apa sayang?”

Saya kaget mendengar suara itu. Suara yang tidak pernah saya dengar sebelumnya. Sangat asing.. Ohhh, saya ingat sekarang. Dia adalah Daniel Siregar, perancang adi busana yang sedang naik daun di negri ini. Tadi malam saya menjadi model catwalk baju rancangannya di sebuah peragaan busana paling akbar di kota ini. Saya memang berprofesi sebagai model. Model murahan yang bisa ‘dinikmati’ 24 jam dengan bayaran selembar cek senilai 30 juta. Dan itu minimal. Saya pernah mendapatkan 3 kali lipat dari itu. Entah si Daniel jelek ini akan membayar saya berapa. Pria ngondek berperawakan sangat Batak. Aneh rasanya dengan muka garang seperti itu bisa sangat ‘melambai’. Senyum tipis.

“Kok kamu tersenyum? Tadi malem enak banget. Kamu memuaskan.”
..diam.. “Aku pengen kamu pergi dari sini sekarang.”
“Kenapa?”
“Aku bilang, PERGI! Jangan lupa tinggalkan ceknya di meja ruang TV.”

Perancang ngondek itu sepertinya ketakutan dan langsung terbirit-birit mengenakan bajunya lalu kabur. Entah dia tinggalkan ceknya atau tidak. Jika tidak, siap-siap saja besok dia sudah tinggal nama.

via (ache)

Saya tinggal di apartemen ini seorang diri. Dari hasil keringat saya. Literally. Keringat yang saya keluarkan di tempat tidur ini. Saya sudah selayaknya gigolo. Terserah saya mau dipanggil apa. Profesi model tidak akan mampu memenuhi gaya hidup konsumerisme saya. LV, Hermes, Gucci dan semua merek ternama dunia menghiasi kloset saya. Saya gila belanja dan senang kemewahan. Saya harus hidup dalam gemerincing koin emas dan bermandikan berlian. Saya tidak bodoh, saya sarjana kedokteran sebuah universitas berplat merah terbaik di kota ini.

Nama saya? Mereka biasa memanggil saya, boy toy.


***

Saya terbangun ketika sinar matahari mulai masuk ke dalam ruang tv. Saya tertidur di sofa setelah mencoba tidur kembali sambil 'ditonton' tv. Salah satu contoh pemborosan energi yang tidak patut ditiru. Berjalan setengah sadar, saya langsung membuka kulkas untuk menghabiskan sekaleng bir bintang. Saya bakar sebatang rokok kemudian duduk kembali di sofa untuk melihat berita terbaru hari ini. Saya terbiasa sejak kecil untuk selalu sarapan berita di pagi hari. Mengenai sarapan bir, itu kebiasaan buruk yang membuat perut saya tidak sixpacks seperti dulu. Buncit!

Satu jam lagi saya ada jadwal pemotretan di sebuah studi foto kawasan Antapani. Semoga tidak macet. Tidak sempat jika saya mandi karena sekarang sudah jam 12, dan pasti mobil membludak di jalan seperti semut yang siap-siap menyerbu gula untuk dimakan. Untung saja saya tidak memiliki masalah bau badan, sehingga tidak mandi pun tidak masalah bagi saya. Mengenai bau badan, beberapa pelanggan saya dulu pernah bilang saya memiliki pheromon yang kuat. Zat apalah itu yang membangkitkan gairah seksual. Yahhh mungkin hanya rayuan gombal. Senyum.

Saya buka kloset. Baju apa yang harus saya pakai? Suasana di luar sangat panas. Lebih baik saya kenakan kaus v-neck tipis keluaran Armani, celana jeans ketat Cheap Monday dan flipflop Zara. Apalah flipflop itu, saya juga kurang tahu sebenarnya jenis apa, pokoknya sepatu yang tinggal masuk. Saya simpel, tidak suka yang ribet, apalagi iket-iket tali sepatu. Tapi merek, real merek, bukan 'merek' ya, sangat saya junjung tinggi. Harga tidak pernah bohong kok. Ok, now I'm ready untuk mengadu nasib. Mengadu apa, ngadu ke siapa juga.


***

"Setan!!!"

Saya tersandung sesuatu. Orang bodoh mana yang menaruh ini di depan pintu orang. Hah ada undangan makan malam. Mungkin dari fans. Fans yang tidak tahu rasa sopan santun, kenapa tidak mengetuk pintu saya saja. Saya kan tidak sesombong itu. Memberi undangan makan malam tapi hanya membubuhkan nomer kamar. Saya seperti pelacur saja.. Padahal memang iya.

Siapa sih kamar 1502 ini. Sok misterius! Tidak ada yang lebih misterius di apartemen ini dibandingkan saya harusnya. Saya hanya menempati apartemen ini setiap minggu terakhir tiap bulan. Ohhh pasti dia ingin berkenalan sama saya. Yahhh terus saja pikiran ngalor ngidul. Ah untuk apa juga dipikirkan..

Ting. Bunyi lift. Ting.

Saya sampai lantai dasar apartemen. Dipersimpangan menuju pintu keluar akhirnya saya putar arah ke meja satpam.

"Teh, kamar 1502 itu kamar siapa ya?"

"Kenapa memang, Pak?"

"Ya ampun, saya setua itu ya? Panggil nama saja cukup kok. Panggil saya Julian."

"Oh iya maaf.. Pak, eh maksud saya Julian.. Memang kamar 1502 mengganggu?"

"Gak sih. Saya ingin tau aja.."

"Mardi Wisesa.."

"Eh?"

"Iya, namanya M-A-R-D-I W-I-S-E-S-A"

"Ahhh I see. Nuhun ya Teh."

Mardi Wisesa. Hmm namanya tidak asing. Siapa ya? Apa pelanggan saya dulu? Ah bukan. Namanya kurang 'ningrat' untuk mengeluarkan cek 30 juta. Seperti apa ya dia? Kenapa saya jadi penasaran gini sih. Norak. Sudahlahhh liat saja minggu depan apa dia bisa membayar saya 30 juta setelah makan malam.

Berlalu sambil membuka laman Google di smartphone. Typing, Mardi Wisesa. Search!

Another 30 million. See ya Mardi Wisesa :)


Julian Sastradinata

3 comments:

  1. aseeeekk gw tetanggaan sama model kiwkiuuww ;)

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. sumpah, awalnya gw ga kepikiran kalau Julian itu cowo, Jilo.. makin curious dah gw ngikutin karakter yg 1 ini..
    is it okay if I claim myself as Julian's fans..? :">

    ReplyDelete